SELAMAT DATANG DI BLOG BANDUNG AND BEYOND.

Bandung and beyond adalah tabloid iklan dan informasi Bandung dan sekitarnya hadir untuk membantu anda para pengusaha atau yang berkecimpung dibidang usaha baik restorant, hotel, salon and spa, tempat kursus, bimbingan belajar, sekolah, dan segala macam dunia usaha yang membutuhkan jasa kami, kami siap membantu anda mempromosikan usaha yang sedang anda jalankan saat ini.

Monday, March 4, 2013

BANDUNG & BEYOND EDISI MARET 2013

Telah Terbit Bandung Beyond edisi 16 Bulan Maret 2013.



Informasi lain bisa dilihat di Facebook

PLATIPUS, HEWAN PETELUR YANG MENYUSUI

Masih ingat pelajaran Biologi tentang Vertebrata atau hewan bertulangbelakang? Kelompok hewan ini dibagi menjadi lima kelas, dimulai Pisces, Amphibi, Reptil, Aves, dan Mamalia. Urutan pembagian tersebut sebenarnya mencerminkan tingkat evolusi, mulai Pisces yang paling primitif, dan Mamalia yang paling modern. Setiap kelas memiliki ciri tertentu yang menunjukkan perkembangan evolusi.

Salah satu contoh hewan kelompok mamalia adalah Platypus (Ornithorhynchus anatinus) yang dikenal dengan ‘hewan berparuh bebek’. Mamalia asli Australia ini unik karena bereproduksi secara ovipar (bertelur) tetapi dia menyusui anaknya. Bertelur adalah salah satu ciri Aves (burung), sedang menyusui adalah salah satu ciri Mamalia. Itu sebabnya Platypus dianggap hewan peralihan dari Aves ke Mamalia.

Hewan berparuh bebek : bertelur tetapi menyusui

Ketika bertelur perilaku Platypus mirip dengan unggas. Ia mengeluarkan telornya pada sebuah tempat di sarangnya, kemudian akan dierami. Pada waktunya ketika telur menetas, sang Platypus junior akan keluar dari cangkang, lantas sang induk akan segera menyusui sang buah hati.

Sesungguhnya dulu Platypus juga terdapat di Argentina serta wilayah Amerika Selatan. Ini terbukti dengan ditemukannya fosil mereka di kawasan tersebut. Sayangnya, Platypus mengalami kepunahan di beberapa tempat. Kini mereka hanya terdapat di Australia, terutama Tasmania, Victoria, New South Wales dan Queensland. Di lokasi tersebut pun populasi mereka kian berkurang. Pemerintah Australia kini tengah gencar melakukan program konservasi hewan kebanggaannya itu.

Platypus berbulu tebal berwarna hitam atau kecoklatan, dan tetap kering walau sudah terendam dalam air. Mereka adalah penyelam yang handal yang mampu bertahan di bawah air hingga 14 menit lamanya karena mampu menurunan detak jantungnya secara dramatis. Di bawah air inilah Platypus biasa mencari mangsa berupa ikan-ikan kecil, telur ikan, katak, dan sebagainya, dan biasa dilakukan pada malam hari.

Hewan ini memiliki elektroreseptor yang berada di dalam paruhnya. Indera ini membantu mendeteksi gerakan atau medan elektris yang dihasilkan hewan air lain. Paruh yang fleksibel seperti karet ini juga mengandung berbagai sensor lain yang mampu mendeteksi keberaaan mangsa.

Platypus adalah perenang yang andal. Keempat kakinya sangat gesit ketika berada di dalam air. Di darat, ia berjalan seperti cicak atau hewan melata. Bila ada ancaman predator, mereka akan segera masuk ke dalam air. Ekornya mirip ekor ikan membantu mereka berenang dengan cepat. Satu keanehan yang lain adalah platypus jantan dapat menyalurkan racun dari sejumlah bagian di tungkai kakinya. Jadi berbahaya juga. Sumber:http://biologimediacentre.com

SEJARAH ANGPAO IMLEK

Ang Pao merupakan kebudayaan yang sudah menjadi bagian dari keluarga keturunan cina. Banyak perayaan cina yang memerlukan ang pao seperti pesta pernikahan, masuk rumah baru atau tahun baru (imlek).

Singkat kata, ang pao muncul di setiap perayaan yang gembira ataupun syukuran. Ang pao sebenarnya adalah amplop berwarna merah yang sudah diberi hiasan. Hiasan ini bisa yang berbeda-beda setiap tahunnya, hiasannya bisa berupa tulisan emas, gambar dewa maupun tokoh kartun yang lucu, namun warna merah di ang pao tidak akan pernah berubah karena warna merah melambangkan keberuntungan, gembira, semangat dan menghalau roh jahat .

Ang pao sekarang dibuat menggunakan mesin digital printing untuk mencetak berbagai hiasan yang sesuai dengan trend dan cocok dengan tahunnya sedangkan padahal dulunya, ang pao dibuat dengan tangan. Pada mulanya ang pao hanya berupa kertas merah yang digunakan untuk membungkus permen dan kue. Ang pao ini berisikan doa agar anak yang menerimanya akan memiliki hidup yang bahagia dan manis .

Namun semakin berkembangnya zaman, kertas merah tersebut di ubah menjadi amplop kecil berwarna merah dengan hiasan yang sederhana. Isinya pun berubah dari permen dan kue menjadi uang karena diharapkan uang yang diberikan dapat bermanfaat dalam kehidupan anak dalam tahun ini.

Selain kisah di atas, ada kisah lain. Kisah ini menceritakan tentang sebuah makhluk halus / siluman yang selalu mengusap dahi anak-anak yang sedang tidur sehingga mereka menjadi gila pada malam menyerang imlek. Sepasang suami istri yang baru memperoleh anak sangat takut kalau siluman ini akan mendatangi anak mereka sehingga mereka menemaninya bermain dengan koin logam (uang zaman dulu) yang sudah dibungkus kertas merah.

Semakin malam, semakin lelahlah mereka sehingga mereka tertidur. Anak merekapun tertidur pulas sedangkan koin logamnya tergeletak di samping batal anak mereka. Apa yang ditakutkan terjadi, siluman itu memilih mendatangi rumah mereka. Saat siluman tersebut menjulurkan tangannya untuk mengusap dahi anak mereka, mereka terbangun namun tidak ada waktu untuk mencegahnya. Tiba-tiba koin logam yang telah dibungkus kertas merah bercahaya dan mengusir siluman tersebut. Cerita ini tersebar ke seluruh pelosok . Dari sinilah, ang pao lahir dan dilestarikan .

Itulah kisah ang pao. Apa pun asal usulnya, yang pasti anak-anak sangat senang menerimanya.